BUDAYA, MAKANAN, DAN
CIRI KHAS KOTA PONOROGO
Ponorogo merupakan
sebuah tempat yang ada di Provinsi Jawa Timur. Motto kota ini adalah REOG(Resik
Endah Omber Girang Gemirang). Ponorogo berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan
Madiun di utara, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek di timur. Di
bagian barat, Ponorogo berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten
Wonogiri. Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog
karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga
dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu
yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di desa
Gontor, kecamatan Mlarak.
Setiap tahun
pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara
berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan
berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Reog Nasional, Pawai
Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Asal-usul nama Ponorogo bermula dari
kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji
dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang
dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut
disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya
berubah menjadi Ponorogo.
Makanan khas Ponorogo
1. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.
2. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.
3. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.
4. Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo.
Ciri khas Ponorogo
Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian
daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian
tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan
biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam,
dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh
6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa
tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong
atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti
yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan
dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan
khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa
barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang
terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak
mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara
pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan
penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh
pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.
0 komentar:
Posting Komentar